Thursday, August 16, 2018

Berlaku Istiqamah

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Alhamdulillah syukur kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang senantiasa selamanya memberikan nikmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga kita masih diberi kesempatan untuk selalu mentadaburi nikmat-Nya itu. Shalawat dan salam semoga tercurahkan selamanya kapada baginda tercinta nabiyallah wa rasuluhu Muhammad rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, tabi'in atba'ut tabi'in dan ummat yang mengikuti sunnahnya. Ikhwan dan akhwat pencinta sunnah, untuk kali ini penulis sampaikan ringkasan hadits arba'in nawawiyah yaitu hadits bagian ke-21 dengan tema : Berlaku Istiqamah. 

BERLAKU ISTIQOMAH
Berlaku Istiqamah
Artinya :
Dari Abu ‘Amr ---atau Abu ‘Amrah---, Sufyan bin ‘Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata : " Aku telah berkata : ‘Wahai Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu  perkataan  yang  aku  tak  akan  dapat  menanyakannya kepada  seorang  pun kecuali kepadamu’.   Bersabdalah   Rasululloh   Shallallahu   ‘alaihi   wa   Sallam   : ‘Katakanlah :  Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “. (HR. Muslim)

Penjelasan :
Kalimat “katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu”, maksudnya adalah ajarkanlah kepadaku satu kalimat yang pendek, padat berisi tentang pengertian Islam yang mudah saya mengerti, sehingga saya tidak lagi perlu penjelasan orang lain untuk menjadi dasar saya beramal. Maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Katakanlah : ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “. Ini adalah kalimat pendek, padat berisi yang Allah berikan kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam dua kalimat ini telah terpenuhi pengertian iman dan Islam secara utuh. Beliau menyuruh orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya dengan ucapan lisan dan mengingat di dalam hati, serta menyuruh dia secara teguh melaksanakan amal-amal shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini karena seseorang tidak dikatakan istiqamah jika ia menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah adalah Tuhan kami kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30). yaitu   iman   kepada   Allah   semata-mata   kemudian   hatinya   tetap   teguh   pada keyakinannya itu dan taat kepada Allah sampai mati.

‘Umar bin khaththab berkata : “Mereka (para sahabat) istiqamah demi Allah dalam menaati Allah dan tidak sedikit pun mereka itu berpaling, sekalipun seperti berpalingnya musang”. Maksudnya, mereka lurus dan teguh dalam melaksanakan sebagian besar  ketaatannya kepada Allah,  baik  dalam  keyakinan, ucapan, maupun perbuatan dan mereka terus-menerus berbuat begitu (sampai mati). Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir. Inilah makna hadits tersebut, Insya Allah.

Begitu pula firman Allah : “Maka hendaklah kamu beristiqamah seperti yang diperintahkan kepadamu”.(QS. Hud : 112)

Menurut Ibnu ‘Abbas, tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda : “Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.

Abul  Qasim  Al  Qusyairi berkata  :  “Istiqamah adalah  satu  tingkatan yang  menjadi penyempurna  dan  pelengkap  semua  urusan.  Dengan  istiqamah,  segala  kebaikan dengan semua aturannya dapat diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di dalam melakukan usahanya, pasti sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula : “Ada yang berpendapat bahwa istiqamah itu hanyalah bisa dijalankan oleh orang-orang besar, karena istiqamah adalah menyimpang dari kebiasaan, menyalahi adat dan kebiasaan sehari-hari, teguh di hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Istiqamahlah kamu sekalian, maka kamu akan selalu diperhitungkan orang’.

Al Washiti berkata : “Istiqamah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini rusaklah kepribadian seseorang”. Wallaahu a’lam.

Semoga dapat disebarluaskan dan dimanfaatkan oleh antum wa antunna untuk berdakwah dijalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Silahkan baca postingan sebelumnya :

0 comments:

Post a Comment