PERAN FLOW DALAM BELAJAR ALAT MUSIK GITAR
Di dunia yang begitu ingar bingar, musik menjadi elemen penting untuk menemani manusia dalam menjalani kehidupan. Musik seakan menjadi primadona yang begitu di sukai oleh lintas generasi, mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa memiliki genre musiknya masing-masing. Kendati demikian tidaklah mengherankan jika hampir semua orang menyukai musik karena musik bisa menjelma menjadi penghibur dikala sedih, penyemangat dikala lelah, dan menjadi penenang dikala gundah. Lebih jauhnya lagi musik juga bisa memberikan kenyamanan bagi penikmatnya sehingga kehidupan yang dijalani terasa lebih berarti.
Musik sudah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang, namun bila mengamati dengan seksama kita bisa menyaksikan bahwa begitu banyak musisi yang menjadikan alat musik gitar sebagai instrumen terpenting dalam menemani kariernya. Alunan nada yang dihasilkan alat musik gitar seolah begitu indah dan sangat bisa di kolaborasikan dengan alat musik lain sehingga hampir semua gendre musik yang di senangi tidak bisa di lepaskan dari yang namanya gitar. Minat masyarakat dalam mempelajari berbagai hal mengenai musik juga semakin besar, banyak yang menjadikan belajar alat musik gitar sebagai pilihan utama untuk mengisi kehidupannya. Mulai dari orang tua sampai ke tongkrongan anak remaja memakai gitar sebagai instrumen pilihan dalam mengiringi nyanyian.
Selain untuk sekedar mengiri sebuah nyanyian namun proses dalam memepelajari alat musik gitar juga dapat berubah menjadi wahana positif bagi seseorang, perlu adanya fokus dan konsentrasi lebih dalam menyesuaikan nada. Dengan demikian banyak orang yang berhasil mecapai flow dalam menjalani proses belajar gitar.
Flow adalah keadaan dimana seseorang sangat menikmati hal yang dilakukan sampai secara intrinsik orang tersebut kehilangan rasa waktu dan kesadaran diri dalam artian terbuai dalam konsentrasinya (Walker, 2010). Keadaan mengalir lebih mungkin terjadi ketika individu dengan bebas memilih aktivitas, tujuannya jelas, kinerja langsung dan konkret, dan tantangannya tinggi tetapi pelaku memiliki kompetensi untuk melakukannya. Ketika keseimbangan antara tantangan dan keterampilan ini tidak tercapai, emosi yang tidak mengalir seperti kecemasan, kebosanan, atau sikap tidak sabar. Demikian pula dalam mempelajari alat musik gitar, keseimbangan antara tantangan dan juga kemauan dalam mempelajarinya harus seimbang karena bila salah satau dari kedua hal tersebut ada yang lebih besar tentu saja bukan flow yang dihasilkan melainkan bisa menjadi rasa bosan. Sementara pengalaman flow biasanya menyenangkan, emosi positif seperti kegembiraan mungkin tidak diungkapkan atau bahkan dirasakan selama pengalaman flow. Namun, kegembiraan dan kegembiraan sering diungkapkan pada akhir pengalaman flow atau ketika saat pengalaman flow sudah terlewat. Menurut Csikszentmihalyi 1990 dalam (Peifer et al., 2022), kegembiraan merupakan emosi dari pengalaman yang mengalir dan bersifat khas.
Dalam konteks sosial flow mungkin berupa sebuah fenomena yang dirasa secara kualitatif itu berbeda di lingkungan lain (Peifer et al., 2022). Sebuah penelitian klasik dari psikologi sosial sudah banyak menunjukkan bahwasanya orang berpikir, berpijak, dan bertindak berbeda ketika ia sendirian daripada ketika ia berada di dalam suatu kelompok. Selanjutnya flow dalam belajar alat musik gitar juga tidak terjadi begitu saja, ada proses yang bertahap dalam flow yakni minat, konsentrasi, serta semangat dalam menjalani aktivitas atau proses mempelajari gitar itu sendiri. Semua unsur itu haruslah terpenuhi pada waktu yang berdampingan supaya bisa mengaktifkan keadaan flow (Hidayati Nuril & Aulia Al-akhda Lilatuzzahro, 2019). Csikszentmihalyi memberi pemaparan yang sejalan dengan pendapat tersebut, flow dalam belajar merupakan ungkapan rasa yang muncul pada diri individu ketika ia bertindak dengan penuh perhatian dalam suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Belajar alat musik gitar merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan sekaligus menantang bagi sebagian orang. Perlu adanya konsentrasi, atensi, dan juga semangat yang tinggi dalam menekuninya. Namun jika tantangan dalam mempelajari gitar dibarengi dengan hal-hal yang menunjukan keseriusan dari individu maka bukan tidak mungkin flow tercipta dan menjadikan belajar gitar sebagai sesuatu hal yang asyik.
REFERENSI
Hidayati Nuril, & Aulia Al-akhda Lilatuzzahro. (2019). Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik. Jurnal Psikologi, 6(2), 128–144.
Peifer, C., Wolters, G., Harmat, L., Heutte, J., Tan, J., Freire, T., Tavares, D., Fonte, C., Andersen, F. O., van den Hout, J., Šimleša, M., Pola, L., Ceja, L., & Triberti, S. (2022). A Scoping Review of Flow Research. Frontiers in Psychology, 13(April). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.815665
Walker, C. J. (2010). Experiencing flow: Is doing it together better than doing it alone? Journal of Positive Psychology, 5(1), 3–11. https://doi.org/10.1080/17439760903271116
0 comments:
Post a Comment