Thursday, June 29, 2023

Memahami Character Strength Love Dalam Upaya Menemukan Cinta Menuju Kehidupan yang Bermakna

Memahami Character Strength Love Dalam Upaya Menemukan Cinta Menuju Kehidupan yang Bermakna
             Oleh: Muhamad Hilmi Jarsidiq

Manusia merupakan makhluk tuhan yang sempurna. Bagaimana tidak, manusia memiliki potensi diri mulai dari akal, budi, sampai emosi yang khas dan tidak terdapat pada makhluk lain. Selain itu, manusia juga mempunyai potensi besar berupa cinta yang dengan kekuatannya dapat merubah musuh menjadi sahabat, merubah yang jauh terasa dekat, dan merubah jiwa yang hampa menjadi semangat. Buss (1988) terkenal sebagai seorang psikolog evolusioner, ia mengartikan cinta terdiri dari rangkaian perilaku yang keluar dari perempuan dan laki-laki, mempunya ikatan, dan ikatan itu bisa berfungsi menjadikan manusia tetap ada di dunia.

Irving Singer yang merupakan seorang filsuf kelahiran Amerika mengemukakan empat konsep utama dalam cinta yakni eros, philia, nomos, dan agape. Eros bisa diartikan sebagai cinta yang mengarah kepada hal yang bersifat nafsu birahi, dalam hal ini orang lain dipandang sebagai objek. Berbeda dengan eros, philia menganggap orang lain sebagai pribadi yang unik dan dengan keunikannya itu kita bisa menjalin persahabatan atau hubungan cinta yang bersifat relasional. Selanjutnya ada nomos, nomos merupakan bukti cinta berupa kepatuhan dan rasa ingin menjaga orang lain yang kita cintai. Terakhir ada agape yang merupakan bentuk cinta paling tinggi. Agape sudah tidak memandang lagi perihal cantik, tampan, ramah, baik, jelek, buruk, dan hal-hal yang bersifat fisik maupun keunikan lainnya. Agape merupakan bentuk paripurna yang berupa rasa cinta dan sudah tidak lagi memedulikan rasa sakit dari pengorbanan.

Saking abstraknya cinta banyak sekali teori yang membahasnya, dari sekian banyak teori cinta tersebut ternyata masih etap saja teori-teori tersebut sulit dikelompokkan.  Kendati demikian, kita bisa mengklasifikasikan teori yang ada menjadi dua judul pendekatan. Pertama adalah pendekatan yang bersumber dari aspek biologis atau naturalistik,  pendekatan ini merupakan pendekatan cinta melihat dari kondisi tubuh, faktor emosi, dan keunikan genetik yang ada pada diri. Selanjutnya ada pendekatan dari kacamata psikologis atau sosial, pada pendekatan ini memuat konsep kognisi, interaksi, hubungan sosial, sampai komunikasi dan motif sosial. 

Cinta begitu sulit untuk di tebak, kita mungkin bisa menentukan dengan siapa kita bergaul namun acap kali kita tidak bisa menentukan kepada siapa kita akan jatuh cinta. Namun Chapman (2010) telah menjelaskan mengenai bahasa cinta yang sedikitnya bisa menjadi patokan kita menuju cinta.  Menurut Chapman (2010) ada  lima poin yang termasuk kedalam bahasa cinta (five love languages) (Surijah et al., 2018), semua orang mempunyai bahasa cinta utamanya masing-masing. Yang pertama dari lima poin tersebut adalah Words of Affirmation, ini merupakan suatu bentuk rasa kasih yang diuangkapkan dengan kata-kata dan dapat dirasakan dengan penuh makna.  Yang kedua dari bahasa cinta adalah Quality Time, bahasa cinta ini berupa pemberian atensi yang cukup seperti melakukan kegiatan dengan orang yang di sayang sehingga dapat terasa kebersamaan yang berkualitas. 

Bahasa cinta yang selanjutnya adalah Acts of Service, bahasa cinta ini dapat berupa perhatian yang diberikan dan bertujuan untuk menimbulkan rasa nyaman. Keempat ada Receiving Gifts, bahasa cinta ini merujuk kepada sesuatu hal yang di terima dan hal atau barang tersebut menjadi sumber rasa bahagia. Bahasa cinta yang terakhir adalah Physical Touch, ini berupa perhatian dalam bentuk kontak fisik sehingga dapat mewujudkan rasa aman dan nyaman. 

Chapman (2010) juga berpendapat jika bahasa cinta utamanya sudah terpenuhi maka orang tersebut akan dapat merasakan perasaan aman dan mencapai aktualisasi. Namun itu juga berlaku sebaliknya, jika seseorang tidak dapat memenuhi bahasa cinta utamanya maka ia tidak akan mencapai hasil dari potensi dirinya yang maksimal.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa dan membahas aspek-aspek yang terkandung dalam diri manusia (Asteka, 2018). Sudah cukup lama psikologi tertarik membahas cinta karena hanya manusialah makhluk satu-satunya yang diberi anugerah untuk bisa merasakan cinta. Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah konsep cinta begitu abstrak sehhingga sulit untuk menyentuh dan mengkajinya secara ilmiah. 

Robert Sternberg (1988), yang juga merupakan seorang psikolog dan psikometrika asal Amerika mencoba memaparkan konsep cinta dalam sebuah konteks hubungan dua orang (Setiawan, 2014). Sternberg (1988) meyakini bahwa cinta itu merupakan suatu kisah yang mana setiap orang bisa mengukir kisah cintanya masing-masing. Hal itu dapat menjadi refleksi dari kepribadian dan karakter seseorang. Seseorang mewujudkan kisahnya melalui serangkaian proses yang terjadi di dalam kehidupannya. Kisah cinta dan pengalaman tersebutlah yang dapat memengaruhi seseorang dalam bersikap, berpijak, dan bertindak. 



REFERENSI
Asteka, P. (2018). Kajian Psikologi Sigmund Freud Dalam Novel Setetes Embun Cinta Niyala Karya Habiburrahman El Shirazy. Bahtera Indonesia;  Jurnal Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(1), 8–12. https://doi.org/10.31943/bi.v3i1.22
Setiawan, Y. (2014). Kesempurnaan Cinta dan Tipe Kepribadian Kode Warna. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 3(01), 90–96. https://doi.org/10.30996/persona.v3i01.373
Surijah, E. A., Putri, K. D. A., & Aryanata, N. T. (2018). Studi Psikologi Indigenous Konsep Bahasa Cinta. Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah, 10(2), 102–122. https://doi.org/10.15294/intuisi.v10i2.17524

0 comments:

Post a Comment